Mari rayakan bulan film nasional dengan caramu

Screening Film Nasionalisme Bersama Malabar Project dan Asrama Hasanuddin

by - Maret 08, 2018


asrama hasanuddin malang

Reporter: Loudy
Editor: Alfan
Selasa 6 Maret 2018, kira kira 28 penonton hadir dalam event ke 6 Parade Film Malang yang bekerjasama dengan Project Malabar Ini. Pemutaran dimulai setengah Delapan, setengah jam molor dari rencana awal yaitu jam 7, diwarnai cuaca mendung yang untungnya tidak mengundang hujan. Lokasi pemutaran event ke 6 ini diadakan di Asrama Hasanuddin, Simpang Dieng Utara, no 44. Selasa malam itu ada tiga film yang diputar yaitu: Film Along the One way oleh Bani Nasution, Pangreh oleh Harvan Agustriansyah, dan Langit Masih Gemuruh oleh Jason Iskandar. Reaksi penonton cukup beragam. Misalnya saat pemutaran Langit Masih Gemuruh penonton memberikan respon minim, mungkin karena merasa asing.
Langit Masih Gemuruh adalah film pendek yang ditulis dan disutradarai oleh Jason Iskandar. Film pendek ini bercerita tentang perjalanan pulang seorang ibu setelah menjemput anaknya di sekolah tepat di bulan Mei tahun 1998, ketika kerusuhan telah berkecamuk di Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Di mata anak perempuan sang ibu, itu adalah hari ketika langit bergemuruh. Film ini sebenarnya tidak perlu menjadikan penonton asing karenanya, karena Mei 1998 adalah peristiwa sejarah yang tak bisa lepas dari pergolakan rakyat dan Mahasiswa, yang notabene mayoritas penonton yang datang di event ini. Langit Masih Gemuruh tampil dengan pendekatan atmosferik yang mencekam. Dialog tidak diperlukan disini, karena deskripsi yang dibangun Jason tidak hanya fokus tentang kondisi materiil pada masa masa kerusuhan itu , akan tetapi juga masuk lebih dalam ke kondisi psikologis karakter si anak yang masih berusia dibawah 10 tahun.  Film yang tayang perdana Desember 2015 ini telah diputar di Singapore International Film Festival, Jogja-NETPAC Asian Film Festival, XXI Short Film Festival, dan terakhir diputar di Busan International Short Film Festival.
Kemudian ketika tiba giliran Pangreh diputar, mulai muncul respon – respon berupa gelak tawa kecil. Film yang diproduksi oleh Three 0 Eight Film ini merupakan penerima fasilitasi dari Pengembangan Perfilman, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Mengambil lokasi di Lautan Pasir Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Film Pangreh menceritakan tentang masyarakat miskin yang membutuhkan uang dengan menjadi demonstran bayaran. Meskipun sang Sutradara berasal dari Jakarta, namun sebagian besar kru dan para pemainnya diambil dari Jawa Timur, terutama Surabaya. Film Ini juga pernah mendapat penghargaan Apresiasi Film Indonesia di Manado 2016 lalu.

Lalu film terakhir, Along The One Way atau Sepanjang Jalan Satu Arah diputar, penonton pun merespon dengan berbagai reaksi. Dikutip dari sinopsis FFD.OR.ID:

“Suatu hari, ibu meminta saya untuk pulang. Sesampainya di rumah, dia meminta semua orang termasuk saya untuk memilih calon walikota beragama Islam. Saya menolaknya karena merasa tidak setuju. Oleh karena itu, Ibu memaksa untuk memilih berdasar dalil agama. Hingga akhirnya pemilihan kepala daerah usai, saya tidak memilih siapapun.”
Film Bani Nasution yang satu ini membawa tema aktual yang sedang marak di negeri ini, politisasi agama, intoleransi dan krisis kepercayaan. Disyuting saat Pilkada Solo 2015 lalu, film ini memotret konflik karena perbedaan pilihan politik, yang berbasis agama dan yang progresif bisa saja terjadi di keluarga manapun.
Setelah pemutaran film, diskusi pun berlangsung dengan tema nasionalisme bersama moderator Mohammad Sabeq dari Malabar Project. Diskusi berlangsung hangat, dan aktual, seperti satu penanya dari  Tomi mahasiswa UMM. Tomi berargurmen bawa SARA untuk campaign politik adalah kemunduran kepada zaman sebelum 1928, sebelum sumpah pemuda. Padahal walaupun kita punya perbedaan Suku, Sumpah Pemuda seakan memberi sinyal bahwa kita semua sebenarnya punya penderitaan yg sama , menjunjung bahasa persatuan makanya sumpah pemuda seharusnya menjadi salah satu isu kampanye yang mampu membawa ide perubahan.

You May Also Like

0 komentar